Sabtu, 24 November 2012

Gadis Pada Tapal Senja


Oleh: Bertho Lojisua
doc.pribadi/paris.jogja
Semakin lama Ia tak menemukan sosok sahabatnya, sosok yang kini masih diingat sebagai sebuah sejarah masa lalu, penuh dengan muatan kisah dan cerita. Tak ada yang nyata, kecuali membaca sms darinya atau sesekali mendengar suaranya yang menembusi awan, kabut, lembah pun gunung yang menjulang dengan dihinggapi tebing-tebing curam. Demikian padatnya rutinitas yang mungkin membuat mereka tak pernah saling menyapa dan berbagi cerita sambil minum teh yang dituang dari satu teko yang sama. Atau mungkin perjalanan yang berkelok, sempit, padat, macet lalu melelahkan ketika ingin mecapai tempat pertemuan antara mereka. Atau kah karena mahalnya sembako yang menghadang mereka untuk menyisipkan sedikit uang perjalanan.

Lima tahun sudah berlalu, dan gadis ini pun tak pernah lagi minum teh dari satu teko yang sama, seperti lima tahun lalu ketika Ia masih sama bersekolah dengan sahabat itu, yang telah lima tahun hilang dari tatapan matanya. Mengail ikan dalam satu pantai yang sama lalu diselimuti dinginnya senja yang sama yang memaksa mereka tuk pulang dalam satu jalan yang sama, satu tema cerita yang sama.

“Hah…lebih baik aku melupakan semuanya itu ” demikian gadis itu berguman bisu dalam hatinya, karena Ia merasa jenuh, karena lama terus terkurung dalam kenangan-kenangan saat bersama sahabat spesialnya dan sahabat-sahabatnya. Tak bermaksud untuk melupakan, atau membenci pada keindahan masa lalu, namun keindahan itu kian luntur, dan tak sampai hati Ia menyaksikan keindahan itu rapuh lalu roboh tepat di wajahnya menusuk dalam ingatannya. Hari berlalu, namun kenangan itu terus mengekor pada dirinya dari belakang, kadang sesekali menghadangnya dari depan. Ia pun tak peduli, walau sebenarnya menikmati sambil terus melangkah dengan senyum dan keyakinan. “ Suatu saat kita kan bertemu dalam satu perjamuan teh, dan saling menuangkan teh dari satu teko yang sama, maafkan aku bila mencoba melupakan tentang kita.” Senja kian indah memudar di bibir pantai dan Ia terus melangkah mengurai senja yang semakin sampai pada tapal batasnya.

Awal Juli; 'kala senja telah berubah'



Tidak ada komentar:

Posting Komentar