Rabu, 16 Januari 2013

Jadikan Kami Ikan

Oleh: Bertho Lojisua

 Anak kecil berjalan pada bibir kolam yang berisi ikan, mungkin ikan Mujair dan ikan sejenisnya yang yang belang-belang. Dalam benak kadang terpikir bagaimana jika ia menjadi salah satu dari mereka, entah yang besar atau yang paling kecil. Tetapi ia ingin menjadi mereka, sebab dengan begitu ia bisa berenang dengan bebasnya. Iya membayangkan ayah menjadi ikan yang berwarna hitam cerah, ibunya adalah ikan yang berwarna emas dan ia akan menjadi ikan yang seperti sapi, sebab ia suka boneka Sapi yang berwarna belang-belang. Dan ia menyebut ikan itu sebagai ikan Sapi, walupun ikan itu adalah Koi Koi.

Hari ini langit begitu biru dan awan berambut seperti Sinterclaas. Dirumah begitu sepi tidak ada gaduh tawa atau teriakan kecuali siulan burung yang sesekali, atau bunyi air mancur di halaman samping. Anak kecil tidak kesepian walaupun sendiri menjadi hal yang tujuh puluh persen ia rasakan setiap hari dan dua puluh limanya ada di sekolah, itupun jika sekolah tidak sedang libur. Hari minggu adalah hari rekreasi keluarga walau terkadang tidak ditemani ayah dan cuma ibu atau sebaliknya. Tetapi itu terkadang yang sebenarnya hampir sering.

Ia adalah anak pertama dari ayah seorang pebisnis yang tidak besar tapi cukup besar mungkin akan menjadi besar seiring waktu. Ia adalah anak dari ibu yang ayahnya juga seorang konglomerat. Dan ia adalah cucu kesayangan dan pertama dari anak kedua konglomerat itu, sebab kakak pertama dari ibunya tidak mempunyai anak sejak pernikahan delapan tahun lalu. Lantas ia sangat disayangi oleh pamannya yang dua hari lalu pindah ke kota lain, dan itu membuatnya sedih berkeping-keping. Ia adalah seorang anak kecil yang tidak mengerti tetapi pandai merekam sertiap situasi tanpa protes pada situasi, sebab ia baru lahir 27 Januari di enam tahun delapan bulan, dua puluh delapan hari tahun lalu. Tiga bulan tiga puluh hari lagi ia akan berumur tujuh tahun pada 27 Januari 2013. Kini ayahnya yang rajin bekerja hingga malam telah tiada dan ibunya yang rajin membeli pakaian dan jajan, juga lenyap sedari pagi. Yang ia tahu bahwa ayah dan ibunya bekerja agar dapat membelinya sepatu Sinderella yang selalu didongengkan pamannya, baju baru, sepeda baru, boneka sapi yang lebih besar. Ia juga sering mengingat janji ayah dan ibunya untuk mengumpulkan uang lebih banyak untuk membeli adik baru yang laki-laki.

Di rumah hanya ia dan pembantu yang cantik. Ia sangat menyukai pembantu itu ketika pembantu itu sering memandikannya dan menyisir rambutnya yang panjang sambil bercerita tentang ayahnya yang rajin bekerja. Hari begitu terang dan indah dan begitulah yang ia rasakan sebab ia belum banyak memerotes pada situasi kecuali lapar dan haus. Tetapi kini ia mulai melakukan protes pada dirinya dan keinginannya, ia tidak menginginkan mobil atau perhiasan seperti milik ibunya ia kini mulai merasa kurang diperhatikan. Sebetulnya ia ingin ditemani ayah dan ibunya, duduk di pangkuan mereka setiap saat dan mendapat pujian ‘kamu pintar’, sebab kemarin nilai gambarnya 95 namun ayah dan ibunya belum melihat dan memberi pujian. Semalam ia menunggu ayah dan ibunya pulang namun ia terlanjur tidur dan pagi ini tidak seperti hari biasanya ayah dan ibunya lebih awal pergi. Entah kemana yang jelas untuk mengumpulkan uang buat membeli adik yang laki-laki. Ia lebih senang bersekolah dari pada menikmati liburan seperti hari ini. Pernah ia mengeluh pada guru kesayangannya yang adalah seorang guru muda wali kelasnya, bahwa ia tidak suka hari libur walau ia merindukannya, dan ibu guru kesayangannya memujinaya bahwa ia adalah anak yang rajin dan pandai. Dengan  demikian ia senang pada pujian gurunya dan melupakan alasan mengapa ia tidak suka liburan. Ia kemudian berlari kembali ke lapangan bersama teman-temannya, sebelum ibu guru itu menanyakan alasannya setelah meng-update status Facebook-nya ‘Aku galauuuu, tapi aku kog suka??’.

************

Matahari belum benar-benar sampai pada ujung langit sehingga pohon cemara di sebelah timur dapat membayangi dirinya dan separuh kolam yang berada disebalah barat pohon. Anak kecil hanya sendiri berjalan di bawah bayangan pohon sambil melihat ikan yang tenang berenang dengan warna yang belang-belang.

“Aku ingin berenang dengan bebas dan setelah itu aku kembali menjadi menusia, menjadi anak dari ayah dan ibuku” anak kecil itu memandang ke dasar kolam pada gerombolan ikan sambil membayangkan dirinya ada di antara kawanan ikan lainnya.

Ada batu kecil sebesar biji kelereng di pinggir kolam, batu itu dilembarkan ke dalam kolam dan ikan-ikannya berpencar hampir menyerupai kembang api.
“Apakah mereka ketakutan atau apakah ada yang mengenai mereka dari batu yang kulempar?. Aku ingin menjadi ikan”, gumannya dalam hati. 

“Tuhan apakah nanti jika aku bukan lagi manusia aku akan menjadi ikan ini. Mungkin ikan-ikan ini dulunya adalah manusia sepertiku yang  kemudian menjadi ikan oleh Tuhan.”

Ia menyentukan jari-jari kecilnya pada permukaan air, kadang mengambil beberapa daun cemara yang telah lebur dari rantingnya dan melemparkan ke kolam. Ikan-ikan lantas mendekat mebuka mulut-mulut mereka pada pinggir kolam. Anak kecil ini merasa bahwa ikan ini sedang mengajaknya berbicara.

“Hey ikan kecil” sapanya pada semua ayah, ibu, dan anak ikan sambil ia tersenyum kegirangan.

“Namaku Mura, siapa nama kalian?” sambil jari-jarinya ingin menyentuh ikan namun ikan semakin menjauh lalu datang lagi. Lantas ia mengerti bahwa ikan tidak bisa berbicara kecuali manusia namun ia yakin bahwa ikan bisa berbicara ketika malam ia tidur, ketika semua orang tidak ada di kolam, sebab pikirnya ikan itu pemalu. Malu untuk berbicara atau takut untuk tertawa padanya. Ia kesal kepada gerombolan ikan hari ini meskipun ia sangat menyukai ikan dan senang pada dunia yang bermain yang berkesan atau menyentuh air.

Sering ia berpikir bagaimana ikan ini melahirkan atau siapakah ayah dan ibu dari anak-anak ikan yang berada di sudut-sudut kolam pada permukaan air. Kenapa ikan-ikan tidak berkicau seperti seekor burung Perkutut kesukaan ayahnya atau memiliki gigi-gigi yang ompong seperti giginya. Dengan ujung lidah lantas ia meraba-raba giginya yang termakan ulat. “Hah ulat?” Pikirnya. Sebab ibunya sering menyebutnya berulang-ulang ketika hendak tidur. Dengan demikian maka anak kecil akan segera meminta untuk mengantarnya ke kamar mandi.

“Kalau ayahku ikan, ibuku ikan dan aku ikan maka kami akan punya lebih waktu bersama setiap hari” anak kecil memuji ikan yang selalu bersama kadang terpencar sejenak. 

“Kalau kami seumpama semua ikan, berarti ayah tidak perlu pulang larut malam dan ibu tidak lagi diantar dengan mobil mewah dan aku tidak perlu dijaga pembantuku yang cantik yang selalu memandangi foto ayah di kamarnya pada sebuah buku bergambar ikan bakar dan sayur-sayuran”. 

Setiap malam anak kecil berdoa menjadi ikan sebelum ia merayakan ulang tahunnya yang ke tujuh tahun depan. Dan bila mereka menjadi ikan, pembantunya yang cantik itu dapat memandangi ayahnya pada buku resep makan yang diapit sambal, nasi dan sayuran yang hijau. Di halaman depan ada ayahnya, halaman berikutnya ada ibunya dan halaman selanjutnya dirinya lalu halaman seterusnya. Setiap malam sebelum ia tertidur ia selalu berdoa. ‘Tuhan jadikan kami ikan’.


JoGja: 01-01-13 ‘sekedar mencurigai sesaat’








Kamis, 03 Januari 2013

Indonesia Dalam Upaya Pencegahan Iklim Global

Oleh: Bertho Lojisua

Perubahan iklim global menjadi sebuah fenomena alam dan tantangan tersendiri bagi masyrakat dunia, baik negara maju maupun negara-negara dengan label sedang berkembang untuk bagaimana mengatasinya secara lebih bijak. Dengan adanya perubahan iklim ini jelas sangat berpengaruh pada situasi sosial dalam seluruh lapisan elemen masyrakat.

Naiknya suhu permukaan bumi akibat efek rumah kaca membuat bumi menjadi semakin panas, sehingga memicu beberapa dampak: Pertama, hutan Amazon akan berubah menjadi gurun, Memiliki jutaan spesies dan cadangan 1/5 air bersih dunia, hutan Amazon merupakan hutan hujan tropis terbesar di dunia. Tetapi pemanasan global dan penggundulan hutan membalikkan fungsi hutan sebagai penyerap karbon dan merubah 30 - 60 persen hutan menjadi padang rumput kering. Proyeksi - proyeksi menunjukkan hutan ini bisa lenyap menjelang tahun 2050. Kedua; Gurun Sahara akan menghijau. Para ilmuwan melihat tanda - tanda bahwa gurun Sahara dan wilayah di sekitarnya menghijau akibat makin meningkatnya curah hujan. Hujan ini mampu merevitalisasi wilayah gersangnya sehingga menarik komunitas petani. Kecenderungan menyusutnya gurun ini dijelaskan oleh model - model iklim, yang memprediksi kembalinya ke kondisi yang merubah Sahara menjadi padang rumput subur seperti sekitar 12 ribu tahun yang lalu. Ketiga, Hewan-hewan menyusut; Studi baru menyebutkan bahwa bahwa spesies - spesies hewan mengalami penyusutan rata - rata hingga 50 persen dari massa tubuhnya dalm 30 tahun terakhir. Penelitian awal terhadap domba menduga bahwa musim dingin yang lebih pendek dan ringan membuat domba - domba itu tidak menambah berat badannya untuk bertahan hidup pada tahun pertama hidupnya. Faktor seperti ini dapat juga mempengaruhi populasi ikan. Keempat; Indonesia kehilangan ribuan pulaunya. Akibat Global Warming, sedikitnya 2000 pulau kecil di kepulauan Indonesia mungkin akan hilang sebelum yahun 2030 dan hal ini diperparah sebagai konsekuensi penambangan liar dan aktivitas lain yang merusak lingkungan. Dari 17.500 pulau diperkirakan telah hilang 24 pulau kecil di Indonesia.

Gambar Efek Rumah Kaca 



Perubahan iklim ini tidak hanya mencakup pada alam dan kehidupan manusia namun lebih dari pada itu bahwa perubahan iklim ini berdampak pada bentuk-bentuk keputusan politik yang harus dibuat oleh negara dan aktor-aktor di dalamnya. Pengaruh kemajuan ekonomi pada negara-negara industri maju tidak terlepas dari besarnya aktivitas industri yang menjadi salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) yang makin  lama makin bayak jumlahnya di admosfer, disamping penggundulan hutan dan gaya hidup manusia. Dari komleksnya masalah ini kemudian negara dan beberapa oraganisasi internsioanl sepakat bahwa butuh kerja sama untuk mengatasi perubahan iklim global.

Kerja sama ini terfasilitasi melalui UN-REDD (The United Nations Collaborative Programme on Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation in Developing Countries)yang merupakan program kerja sama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diluncurkan oleh sekjen PBB Ban Kimoon pada pada Septembaer 2008 dan perdana menteri Norwegia. Program ini melibatkan tiga badan PBB yaitu yaitu UNEP (United Nations Environment Programme), UNDP (United Nations Development Programme) dan FAO (Food and Agriculture Organization), serta beberapa negara berkembang termasuk Indonesia yang merupakan satu dari sembilan negara contoh untuk awal program UN-REDD.

Indonesia sebagai salah satu negara yang masih memiliki hutan tropis terluas ketiga di dunia memainkan peran yang sangat besar dalam penyerapan CO2 untuk menurunkan emisi dunia. Peran itu telah ditunjukkan oleh Pemerintah melalui Peraturan Presiden No. 61/2011 tentang Rencana Aksi Nasional GRK, pemerintah berkomitmen untuk menurunkan emisi GRK sebesar 26% pada tahun 2020 dengan kemampuan sendiri, dan 41% dengan dukungan internasional serta di atas 41% bila nanti sudah terbentuk pasar karbon dalam mekanisme REDD+, tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi sebesar 7%. Disamping itu, kebijakan ini didukung pula oleh Peraturan Presiden No. 71/2011 tentang Inventarisasi Gas Rumah Kaca yang pada dasarnya merupakan instrumen utama dalam penghitungan emisi di Indonesia. 

Pemanasan global tidak terjadi secara seketika, tetapi berangsur-angsur. Namun demikian, dampaknya sudah mulai kita rasakan di sini dan sekarang. Ketika revolusi industri baru dimulai sekitar tahun 1850, konsentrasi salah satu GRK penting yaitu CO2 di atmosfer baru 290 ppmv (part per million by volume).  Sekarang konsentrasi GRK di atmosfer semakin meningkat yang diperkirakan mencapi 350 ppmv. Hal inilah yang menyebabkan suhu bumi kita semakin memanas dan berakibat pada perubahan perubahan musim, naiknya permukaan air laut, krisis pangan disejumlah negara dan sebagainya. Namun demikian kegiatan dan aktifitas manusia yang berkaitan dengan penggunaan bahan bakar fosil (BBF) serta alih guna lahan terus berlangsung, tidak dapat dipungkiri bahwa semua itu dilakukan untuk kemajuan ekonomi suatu bangsa atau sekedar bertahan hidup. Kegiatan tersebut dapat menghasilkan gas rumah kaca. Diantara gas-gas tersebut adalah karbon (CO2), metana (CH4) dan nitrous oksida (N2O).  Upaya untuk mengurangi tumpukan gas rumah kaca di atmosfer telah dilakukan oleh negara-negara maju yang tergolong dalam negara Anex I dan negara-negara berkembang atau negara non-Anex I.

Konvensi perubahan iklim ini dimulai ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyusun sebuah konvensi perubahan iklim yang disahkan pasa KTT bumi di Rio de Janeiro, Brazil pada 1992. Tujuan utamanya (Pasal 2); menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat tertentu dari kegiatan manusia yang membahayakan sistem iklim dan salah satu prinsip Konvensiyang tercantum pada pasal 3 berbunyi,”…setiap Pihak memiliki tanggungjawab umum yang sama, namun secara khusus dibedakan sesuai denagn kemampuannya”  Konvensi perubahan iklim kemudian dilengkapi dengan perangkat atau tatacara pelaksanaan konvensi yang disebut dengan Prorotokol Kyoto. Rancangan Protokol Kyoto dihasilkan oleh Panitia ad-hoc  yang dibicarakan di Kyoto pada 1997, dan diratifikasi oleh 130 negara yang belaku tahun 2005. Protokol Kyoto adalah sebuah instrmen hukum (legal instrument) yang dirancang untuk mengimplemtasikan Kovensi Perubahan Iklim yang bertujuan untuk menstabilkan konsentrasi GRK agar tidak mengganggu sistem iklim Bumi. 

Dalam perjalanannya perkembangan Protokol Kyoto kurang menuai hasil yang berarti sebab negara industri seperti Amerika serikat masih menolak dengan alasannya:
1)    Delapan puluh persen penduduk dunia (termasuk yang berpenduduk besar seperti China dan India) dibebaskan dari kewajiban menurunkan emisi,
2)    Implementasi protokol Kyoto akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi AS karena penggantian pembangkitan energi dengan batu bara menjadi gas akan sangat mahal,
3)    Protokol Kyoto adalah cara untuk mengatasi masalah perubahan iklim global yang tidak adil dan tidak effektif,
4)    CO2 menurut undang-undang AS, ‘Clean Air Act’ tidak dianggap sebagai pencemar sehingga secara domestik tidak perlu diatur emisinya,
5)    Kebenaran ilmiah perubahan iklim dan cara-cara untuk memecahkan persoalannya didukung oleh pemahaman ilmiah yang terbatas.  Sikap AS ini menjadi sebuah perdebatan dan bentuk kurang efektifnya perjanjian Protokol Kyoto.
Sebagai sebuah negara berkembang seperti negara-negara lainnya Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang dianggap sebagai salah satu paru-paru dunia untuk mengurangi jumlah konsentrasi GRK di atmosfer. Berlanjut pada Conference of Parties 13  (COP 13) di Bali terjadi sebuah kesepakatan baru antara negara maju dan negara berkembang tetang upaya lanjutan untuk mencegah perubahan iklim global setelah umur dari perjanjian Protokol Kyoto berakhir.

REDD adalah suatu mekanisme global untuk menciptakan suatu insentif bagi negara-negara berkembang untuk melindungi dan mengelola sumber daya hutannya dengan lebih baik dan bijaksana, dan memberikan kontribusi terhadap perjuangan global melawan perubahan iklim. Strategi-strategi REDD bertujuan untuk membuat hutan lebih bernilai dari pada ketika hutan tersebut ditebang, dengan menciptakan suatu nilai finansial terhadap karbon yang tersimpan di dalam pepohonan. Jika karbon ini dinilai dan dihitung, tahap terakhir dari REDD adalah negara-negara maju membayarkan carbon offset kepada negara berkembang, atas tegakan hutan yang mereka miliki.  Dalam upaya ini negara-negara berkembang termasuk Indonesia mengambil peran penting di dalamnya dalam upaya mengurangi GRK yang mempengaruhi perubahan iklim global.

Secara matematis, emisi GRK didefinisikan sebagai hasil kali antara data aktifitas dan faktor emisi. Data aktifitas didefinisikan sebagai besar kuantitatif aktifitas manusia pada suatu lahan yang umumnya dicirikan oleh penggunaan lahannya yang dapat melepaskan dan/atau menyerap GRK, sedangkan faktor emisi adalah besarnya emisi GRK yang dilepaskan ke atmosfer per satuan aktifitas. Dalam UN-REDD sesungguhnya ada tiga hasil yang hendak dicapai yaitu;
1)    Program ini akan memperkuat partisipasi berbagai pihak dan membangun kesepakatan di tingkat nasional.
2)    Program ini akan memperkuat sistem akuntansi gas karbon dan membantu mengembangkan mekanisme pembayaran yang adil.
3)    Program ini akan menciptakan kapasitas untuk menerapkan REDD di tingkat daerah.  Program ini diperkenalkan untuk membantu negara-negara dengan hutan tropis dalam menciptakan sistem REDD yang adil, setara dan transparan.
Dalam UN-REDD programme utuk menuju REDD plus di Indonesia pada bulan Mei 2010, pemerintah Indonesia dan Norwegia menandatangani Letter of Intent (Loi) senilai USD1 miliar. Indonesia telah berkomitmen dalam menetapkan target penurunan emisi gas rumah kaca akibat deforestasi dan degradasi hutan dan lahan gambut. Pendanaan ini akan dibayarkan berdasarkan capaian Indonesia selama periode 7-8 tahun mendatang.

Dalam program ini negara maju dan berkembang berkerja sama mengatasi perubahan iklim akibat deforestasi dan degradasi hutan pada negara berkembang. Dukungan finansial, peningkatan kapasitas dan alih teknologi merupakan aspek pendukung dalam program UN-REDD untuk mendukung REDD plus. Peran Indonesia sebagai negara menyimpan dua hal penting yaitu pengurangan emisi GRK dan beban yang besar yang diberikan dalam program ini. Pada umumnya negara berkembang adalah negara-negara yang hanya menanggung dampak dari proses industrialisasi negara-negara maju dengan mengorbankan pemanfaatan hutan bagi masyrakat.

*********************





DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Murdiyarso, Daniel “Protokol Kyoto Implikasi Bagi Negara Berkembang”, Bogor, KOMPAS.

Murdyarso, Daniel “Sepuluh Tahun Perjalanan Negosiasi Konvensi Perubahan” Jakarta, Kompas,2003.

WESITE

 “Kemenhut dan UNREDD adakan Workshop Allometric Equation: Komponen Dasar Akurasi Penghitungan Emisi Karbon dari Hutan” dalam http://ppid.dephut.go.id/informasi.html.

 “Tanya Jawab Mengenai REDD+” dalam http://satgasreddplus.org/tentang-redd-sekilas-redd

 “UN-REDD. Indonesia – Duduk di kursi panas tentang perubahan iklim” dalam http://www.norwegia.or.id (diakses pada 30 juli 12).

UN-REDD Programme Indonesia, “Tahun Pertama UN-REDD Programe Indonesia: Mempercepat Kesiapan REDD+ Nasional” dalam http://www.un-red.indonesia.or.id

BULETIN

UN-REDD Indonesia, Newsletter, edisi Perdana 2011.   

Laporan Akhir Road Map MRV Sekotor Kehutanan.







Surat yang Hening


Oleh: Bertho Lojisua
Bingkai ini kadang ku pandang sejenak. Ku rasa kau tahu dan ingat warna dan isinya. Aku tidak sengaja utuk melihatnya tetapi kerena kebetulan saja. Sebenarnya aku ingin membuang dari dalam kamarku sebab gambarmu di dalam bingkai ini semakin kehilangan makna sesering waktu terus berlalu, kecuali kenangan dari bingkai ini yang tetap utuh. Aku belum benar-benar tegah yang mungkin seperti dalam pikiranmu bahwa bingkaimu akan kuremukan setelah kita saling meninggalkan pada saat itu. Jika aku kan membuang itu hanya kalau aku berubah. Coba kau lihat betapa aku tidak berubah untukmu aku tidak mudah berubah walau kau ingin berubah dengan kehidupan barumu dan menganggapku telah lama. Atau kau menyisikan aku pada deretan kesekian dari ingatanmu, lalu kau mencibir aku dan berkata ‘ah dirimu hanya sepotong kenangan’.
  
Aku ingin kau tahu aku belum terbiasa melupakanmu entah sampai kapan. Maafkan aku jika terlalu lancang untuk berkata demikian, namun hanya kelancangan ini yang bisa menjadi pendobrak sesak di dalam dada menjadi air mata. Aku bersyukur akhirnya aku menangis, dan benar seperti yang kau katakan bahwa air mata itu hangat dan asin, padahal dulu aku tak pernah merasakannya. Setelah surat ini ku tulis dengan cinta yang tersisa dan dalam kebodohan yang aneh untukmu. Aku kan pergi dan suatu saat bila kita bertemu kau harus katakan bahwa air mata itu tajam dan menyejukan. Aku sudah merasakannya, coba kau rasakan bila itu sempat.

Frida tak kuasa melanjutkan isi surat tersebut, ia menyandarkan dirinya pada belakang pintu sambil menikmati air mata yang terus mengalir. Air mata yang hangat, asin, tajam dan menyejukan. Surat yang tak pernah ia baca pada enam tahun yang lalu, pada april yang hangat sehangat linangan air matanya.

“Maafkan aku bila telah menipu dirimu dan diriku. Tuhan dimanakah dia aku ingin memeluknya erat dan mengatakan air mata memang tajam”

Air mata masih terus mengalir pada pipinya dan semakin tajam menembus semua masa lalu hingga pada sudut terkecil dari perjalanannya bersama orang yang pertama dicintainya. Kini ia menyesali semua keputusan untuk meninggalkan kekasih lamanya yang telah enam tahun hilang dan kini datang tak disengaja seteleh ia mencoba membuka tumpukan buku-buku sekolahnya yang usam yang lama tersimpan pada kamar barang-barang bekasnya. Perbedaan keyakinan menjadi pisau yang memisahkan dirinya dan kekasih lamanya. Mengikuti keinginan orang tua dan menjaga nama baik keluarga adalah alasan mengapa Frida meninggal kekasih lamanya. Dan yang alasan yang dilontarkan untuk berpisah di enam tahun lalu ialah ‘Sebenarnya saya tidak mencintai dirimu dan kita harus mengakhiri hubungan ini’.

Surat itu terus digenggamnya erat. Seakan ingin kembali pada enam tahun lalu dan mengatakan yang sebenarnya kepada kekasihnya. Atau kabur dari rumah orang tuanya pada sebuah tempat asing yang asalkan dapat menikmati sisa hidup dalam kejujuran hatinya. Namun kini ia harus menerima kenyataan bahwa ia tak mungkin lagi mencari kekasih lamanya.

“Siang sayang aku datang, dimana sih kamu?” buru-buru Frida menyeka air matanya dan membuang surat yang tak habis terbaca kedalam karung berisi sampah-sampah kertas yang akan ditimbang kilo.

“Iya sayang aku di kamar belakang, ga usah ke sini dulu. Aku lagi bersih-bersih ni, debunya banyak”

“Kog pulangnya cepat sih? Tanya Frida separoh senyum, sambil masuk ke ruang tengah menyambut suami pilihan Ayah dan Ibunya.

“Kan mau ngantar kamu ke rumah sakit, hari inikan kita mau priksa kandunganmu sayang..” jawab suaminya manja sambil merapikan rambut ikal Frida.

“Oh ya aku lupa nih, mungkin karena terlalu asik bersih-bersih” Di dalam dasar hati Frida masih ada tentang surat yang terpenggal, namun kini surat itu hanya dalam hening hatinya. Ia meyakinkan diri bahwa itu hanyalah milik masa lalu kini ia milik suaminya yang mencintainya tanpa hening.

Frida merangkul suaminya erat-erat sambil terus mengumpulkan rasa cinta yang kini semakin mendalam. Dan merasakan sisa-sisa air matanya yang menempel pada kedua pipinya, sambil Frida berharap semoga ini air mata terakhir untuk dia yang entah dimana. Sementara suaminya memeluknya penuh rasa sayang dan Frida masih menangis tanpa rasa asin dan hangat kecuali rasa tajam dalam hati yang mudah-mudahan kan sejuk sebentar lagi.


Bertho-301212 'menangkap siluet yang separoh'







Rabu, 02 Januari 2013

Veronika 2


Veronnika
Ku ingat saat mendung menggores soreh itu
Langkah menggigil lantas kita dijilati dingin
Anak-anak kabut melayang-lanyang tak berbentuk
Kau pegang tangan mungilku..kita terus melangkah

Veronika
Ku takut pada gelap kabut di antara rindang bambu
Tapi kau bilang jangan takut ada aku sebab kau laki-laki
Tak sedikitpun kuragukan diriku tapi dirimu yang kuragukan Veronika
Angin dingin menyapu wajah membela kabut kau tak peduli

Veronika
Itu saat yang selalu ku kenang, sungguh ingin ku peluk erat dirimu
Kau begitu tangguh sebagai pelindungku kecil dan kini
Hingga perjalanan itu tak terpetik oleh waktu yang kian kusam
Kala kita membelah kabut pekat, dingin yang mejilat pelengkap tajamnya gerimis…
Veronika masih banyak yang ku kenang untukmu, yang tak terbalas olehku..










Bertho/100912 ‘ untuk Ibu tersayang di sebuah hari’